Rabu, 26 Oktober 2011

AFGANISTAN PENGHASIL HASISH TERTINGGI

Afganistan adalah negara terbesar penghasil opium di dunia yang juga menghasilkan ganja terbesar. Ini
merupakan hasil temuan laporan survei ganja pertama kali yang dilakukan UNODC. Survei mengestimasi
antara 10.000 sampai 20.000 hektar tanaman ganja tumbuh di Afganistan tiap tahunnya.
“Sementara negara lain memiliki ladang ganja yang lebih besar namun jumlah hasil panen dari ladang
ganja di Afghanistan jauh lebih besar lagi (145 kg/hektar berupa hasish - resin yang dihasilkan dari ganja
- dibandingkan dengan Maroko yang berjumlah 40 kg/hektar), hal tersebut memposisikan Afghanistan
sebagai produsen hasish terbesar di dunia, diperkirakan antara 1.500 sampai 3.500 ton per tahunnya,”
ujar Direktur Eksekutif UNODC Antonio Maria Costa.
Survei ini didasarkan pada data dari 1.634 desa di 20 provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
budidaya tanaman ganja skala besar di setengah bagian dari propinsi Afghanistan (17 dari 34 propinsi).
Pendapatan kotor yang diperoleh per hektarnya dari tanaman ganja (US $3,900) lebih tinggi dari bunga
opium (US$ 3,600). Ganja juga murah untuk dibudidayakan dan diproses: Di Afghanistan sendiri tiga kali
lebih murah untuk membudidayakan satu hektar tanaman ganja dibandingkan satu hektar bunga opium.
Sebagai hasilnya, pendapatan bersih dari satu hektar tanaman ganja adalah US$ 3.341 sedangkan bunga
opium sendiri menghasilkan US$ 2.005 per hektar.
Tetapi, Hasil survei menunjukkan bahwa di kalangan petani Afghanistan, bunga opium masih tetap
disukai dibandingkan tanaman ganja: tidak seperti bunga opium, tanaman ganja berumur pendek dan
hanya tumbuh di musim panas, ketika air kurang tersedia untuk irigasi. Secara keseluruhan, harga resin
ganja di Afghanistan diperkirakan antara US$ 39 juta sampai US$ 94 juta atau sekitar 10-20 persennya
dari harga opium (US$ 438 juta pada tahun 2009).
Pada konferensi pers di Kabul, Perwakilan UNODC di Afghanistan, Jean-Luc Lemahieu mengatakan
bahwa "Alternatif sangatlah penting. Petani sebelumnya mendapatkan pemasukan dari hasil budidaya
gelap. Besok kita harus menggiring mereka ke mata pencaharian legal. Hari ini adalah tantangan.
Pembangunan tidak akan datang hanya dalam satu hari karena tidak semuanya didapatkan secara
instan.
"Dalam lima tahun terakhir, budidaya ganja telah bergeser jauh dari wilayah utara menuju ke selatan
Afghanistan. Seperti opium, budidaya ganja saat ini terkonsentrasi di daerah yang tidak stabil, sebut saja
bagian selatan negara,” ujar Costa. Penjelasan dari tren ini tercermin pada peningkatan tajam harga
ganja di provinsi Balkh – yang dikenal sebagai penghasil ganja Mazari (Balki) – disebabkan upaya
pemberantasan lahan yang dilakukan pemerintah semenjak tahun 2007.
Staffan de Mistura, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal di Afghanistan, pada konferensi pers di Kabul
menegaskan: "Ketika saya bertemu dengan penduduk lokal, mereka selalu mengemukakan dua masalah
yang menjadi perhatian mereka: Salah satunya adalah keamanan dan yang lainnya adalah korupsi.
Tentunya PBB berada di Afganistan untuk membantu pemerintah agar korupsi ditangani dengan metode
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com
yang tepat. Hal ini dilakukan demi kepentingan masyarakat internasional terutama Afghanistan. Jika
korupsi tidak ditangani, insentif tidak mampu meningkatkan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pembangunan."
Keuntungan berasal dari perdagangan narkoba dan korupsi bahan bakar. Tidak mengherankan bahwa
gerakan anti korupsi sejalan dengan kampanye membasmi narkoba.
kepemimpinan Politik diperlukan untuk menangani masalah produksi narkoba di Afghanistan. "Masalah
narkoba Afghanistan jauh lebih kompleks dari sekadar perdagangan opium", ujar Costa. "Tetapi
pemecahannya tetap sama. Dengan memperbaiki tata pemerintahan dan pembangunan daerah
penghasil narkoba di Afghanistan, kita bisa melumpuhkan pasokan hash maupun heroin terbesar dunia,
“ ujar Costa.
Sumber: http://www.unodc.org/unodc/en/frontpage/2010/March/afghanistan-leads-in-hashishproduction-
says-unodc.html tanggal 31 Maret 2010 (Ima@Datin).

0 komentar:

Search